Selasa, 18 Januari 2011

(MAKALAH) KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas, dalam mata akuliah Pendidikan Agama Islam Dosen : Drs. Lukman Hakim, M.Si. Di susun oleh Kelompok VIII : Dedi kariyawan Herdiansyah Nugraha Hermansyah Ineu Sintia Mursilah Larasati Ela Nurlela Danu Mahasiswa Semester II Reguler SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG TASIKMALAYA Tahun Akademik 2010 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji sukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini, dengan judu; “ KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM ”, penulis merasa kalau materi ini sangat perlu untuk di jadikan bahan pengkajian, supaya kita mampu mengenal perkembangan hukum dalam sejarahnya. Ucapan terimakasih, penulis ucapkan kepada para sekalian pembaca, karena telah mau menerima, dan membaca isi dari makalah yang sangat sederhana ini, penulis sangat mengharapkan adanya keritikan dan saran yang di layangkan lepada penulis atas penulisan makalah ini, agar nantinya bisa di jadikan bahan perbaikan untuk menyempurnakan makalah ini selanjutnya. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dalam hal penyampaian kata maupun bahasanya, untuk itu penulis meminta maaf atas kekurangaan tersebut.. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya, kepada Bapak Drs. Lukman Hakim, MSi. yang telah membrikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah sederhana ini. Demikianlah makalah ini penulis sajikan, semoga bermanfaat bagi penulis secara khususnya dan bagi para sekalian pembacanya. Tasikmalaya 10 Maret 2010 Penulis i DAFTAR ISI KataPengantar……………………………………………………… Daftar isi………………………………………………………. BAB I Pendahuluan…………………………………………………. I.1. Latar Belakang Masalah………………………………… I.2. Tujuan Penuliasan…………………………………………… BAB II. Al Qur’an Sebagai Pedoman Dalam Mendidik Anak. A. Pendidikan Anak B. Arti Dan fungsi Pendidikan C. Al Qur’an Dan pedidikan Anak D. Pendidikan Islam Sifatnya Terpadu E. Dasar – Dasar Pendidikan Anak Dalam Islam BAB III. Penutup…………………………………………………… Kesimpukan ………………………………………………………… Saran ………………………………………………………………... Daftar fustaka……………………………………………………….. i i 1 1 2 3 3 4 5 7 8 13 13 14 15 ii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang kaya dengan ilmu pengetahuan, dalam islam masalah kepemimpinan terdapat banyak ayat yang menyebutkan tentang hal tersebut, misalkan saja dalam Surah Ali Imran ayat 28, Surah Lukman ayat 13-19 yang membahas tentang tugas orang tua sebagai pemimpin bagi anaknya, dan masih banyak lagi ayat yang menyebutkan tentang kepemimpinan islam. Di Negara kita Indonesia, yang notabennya adalah Negara ayang mayoritas penduduknya memiliki kepercayaan beragama Islam, maka pemimpinnya pun seorang muslim, akantetapi janganlah pemimpin tersebut menggunakan kekuasaanya untuk menindas kaum yang minoritas. Di dalam Surah Ali Imron ayat 28 menjelaskan hal tersebut, dan masih banyak lagi ayat ayat yang lainnya yang membahas tentang sikap seorang pemimpin. Pemimpin bukan berarti Cuma memimpin suatu wilayah tertentu saja, akan tetapi seorang ayah bisa di sebut sebagi seorang pemimpin dalam rumah tangganya, dan seorang kakak bisa di sebut sebagai pemimpin untuk adik-adiknya. Hal ini di sebutkan oleh surah Lukman ayat 13-19. 1 Islam adalah agama penyelamat bagi umat manusia di muka bumi ini, Islam juga dapat di sebut sebagai agama yang lebih tegas dalam membentuk seorang pemimpin. Seperti halnya Rosulullah SAW. Beliau adalah seorang pemimpin yang tegas dan juga sabar. Dan beliu juga memiliki sifat-sifat yang harus bisa di jadikan contoh oleh umat manusia terutama umat islam yang berada di muka abumi ini. Bila kita berbicara tentang keberadaan manusia di muka bumi ini maka, di sebutkan di dalam Al Qur’an. Bahwa manusia di ciptakan sebgai Khlifaah atau yang di sebut sebagai wakil Allah SWT. I.2. Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan makalah ini adalah, sebagai bentuk pelajaran dan yang di gunakan untuk mempelajari, serta memperdalam dan mengenal cirri cirri seorang pemimpin menurut perspektif agama Islam. Di samping itu penulisan makalah ini juga sebagai penyelesaian tugas yang di berikan oleh dosen Bapak Drs. Lukman Hakim, M.Si. kepada para Mahasiswa ( Kelompok VIII ). 2 BAB II PEMBAHASAN KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM A. MENURUT SURAH ALI IMRAN AYAT 28. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita. Dalam Islam karena kepemimpinan erat kaitannya dengan pencapaian cita-cita maka kepemimpinan itu harus ada dalam tangan seorang pemimpin yang beriman. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 28 : “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” 3 Untuk dapat menghasilkan pemimpin yang dapat memikul amanah yang dipercayakan kepadanya, menurut Imam Al-Mawardi dalam kitabnya, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, diperlukan seseorang yang kokoh iman dan takwanya, mulia akhlaknya, mampu bersikap adil dan jujur, berilmu dan cerdas (fathonah), berkompeten, konsekuen memikul tanggung jawab (amanah), sehat jasmani dan rohani, memiliki keberanian menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Syarat terakhir yaitu keberanian karena tanpa keberanian, segala sifat-sifat terdahulu tidak akan dapat dijalankan secara efektif. Tentang hadits yang terkait dengan kepemimpinan, Rasulullah SAW pernah bersabda : “Orang yang bakal paling dikasihi oleh Allah dan yang paling dekat di sisi-Nya kelak pada hari berhisab ialah pemimpin yang adil, dan orang yang bakal paling dibenci Allah pada hari berhisab dan bakal menerima siksa azab yang sangat pedih adalah para pemimpin yang dzalim.” (HR Tirmidzi). Di lain hadits, Rasulullah SAW memperingatkan bahwa “Barangsiapa yang pernah memimpin lebih dari sepuluh orang kelak akan dibawa pada hari berhisab dengan kaki tangannya terbelenggu dan hanya keadilan yang pernah diamalkannya sajalah yang dapat melonggarkan rantai belenggu tadi, sedang kedzaliman yang pernah dibuatnya kelak akan membawanya kepada kehancuran.” (HR Darimi). 4 B. Mendidik Anak Berkaca Pada Lukman Luqman adalah seorang ahli hikmah. Namun tentang siapa dan dari mana asal usul tokoh yang sangat melegenda itu, para ulama ahli tafsir memiliki pendapat yang berbeda-beda. Abdullah bin Umar Al Khattab berkata :"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, yang artinya 'Dengan Sesungguhnya aku berkata bahwa Luqman bukanlah seorang nabi, tetapi seorang hamba yang dilindungi Tuhan, banyak bertafakur dan baik keyakinannya. Ia mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Karena itu ia dianugerahi hikmah kebijaksanaan." (Mutafaq 'Allaih). Yang pasti, nama Luqman diabadikan menjadi salah satu nama surat dalam Alquran. Nasihat Luqman kepada anaknya yang disampaikan secara bijak, sebagaimana disebutkan dalam surat Luqman (31) ayat 13 sampai 19 adalah model ideal pendidikan anak dalam Islam. Dalam Islam, wasiat Luqman al-Hakim dalam mendidik anak-anaknya perlu senantiasa dipegang orang tua Muslim, karena petuah-petuahnya dinukilkan dalam Alquran. Dan Alquran menghidangkan petuah dan wasiat bagaimana Lukman mendidik anaknya dalam satu surat khusus yang diberi nama surat Lukman, khususnya pada ayat 13 sampai 19. "Luqman adalah sumber terbaik untuk diambil hikmahnya berkaitan dengan pendidikan anak," ujar Ali Nurdin, dekan Fakultas Ushuluddin Perguruan Tinggi Ilmu Quran (PTIQ), Jakarta. Doktor tafsir Alquran ini melanjutkan, “kendati sosok Lukman di kalangan mufassirin hingga kini masih menjadi perdebatan, namun nilai penting yang bisa diambil dari kisah Lukman adalah upaya maksimal yang telah dia lakukan untuk mendidik anak-anaknya. 5 Tak perlu diributkan bagaimana Luqman mencapai posisi yang mulia dengan pencantuman namanya dalam Al Qur’an. "Lebih penting adalah bagaimana mengambil pelajaran dari upaya ikhtiar yang dia lakukan dalam mendidik anak." Menurut Syarif Hade Masyah, dosen Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab, Luqman diyakini sebagai seorang pria yang hidup antara masa Nabi Musa dan Nabi Muhammad SAW di daerah sekitar Pantai Kultsum (Laut Merah) atau di daerah Ramallah, Palestina. Dalam beberapa keterangan, Luqman disebutkan sebagai seorang budak berkulit hitam yang terkenal dengan nasihat-nasihatnya yang bijak. "Karena pada zamannya tidak ada figur lain yang bisa dijadikan panutan, maka nasehat-nasehat Lukman selalu dipakai orang-orang di zamannya". “Kebijaksanaan Luqman yang paling menonjol, sebagaimana termaktub dalam Alquran, yaitu wasiat yang diberikan Lukman kepada anaknya. "Sehingga kalangan mufassirin Alquran meyakini wasiat Lukman itu adalah teknik khusus untuk kaum Adam dalam mendidik anak," ujar Syarif. (lihat Wasiat Luqman di hlm 3). Bila mencermati wasiat-wasiat Luqman dalam Alquran, setidaknya ada tiga poin pokok yang perlu diamati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari para orang tua agar anak-anaknya lahir dan tumbuh sebagai muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Poin pertama, yaitu masalah ketauhidan (iman). Sebelum mengajarkan sesuatu hal yang lain pada anak-anaknya, Luqman menetapkan kerangka dasar keimanan kepada Allah SWT sebagai landasan utama membentuk pribadi anak yang shalih. 6 Ajarannya juga disampaikan dengan kasih sayang. Walaupun demikian, pemilihan redaksi kata 'Yaa Bunayya' (wahai anak-anakku) yang digunakan Lukman dalam menyerukan keimanan kepada anak-anaknya, sangat menyiratkan kalau orang tua juga perlu memperhatikan sentuhan kasih sayang dan kelembutan dalam mendidik anak-anak mereka. "Kata Ya Bunayya ini mengandung rasa manja, kelembutan, dan kemesraan. Ini artinya, orang tua tidak perlu menanamkan keimanan secara indoktrinasi, penuh ancaman, dan tanpa empati." Poin kedua, yaitu kemampuan Luqman yang dikaruniai Allah dalam memilihkan mana-mana hal prioritas untuk diberikan kepada anak-anak. Dalam penjabaran Surat Lukman ayat 13-19, "Luqman memanfaatkan rahmat kecerdasan dan kebersihan hatinya untuk lebih dulu menanamkan keimanan sebelum melangkah pada muatan-muatan syariat dan akhlak." Adapun pada poin ketiga, Luqman mencontohkan bagaimana setiap nilai-nilai prinsip dari ajaran-ajaran agama lebih efektif bila disampaikan dengan menyertai argumen-argumen yang kuat. Pendidikan Luqman adalah pendidikan yang menyeluruh dan lengkap meliputi asas-asas aqidah, ibadat, akhlak dan dakwah. Oleh sebab itulah Allah telah merekamkan pendidikan Luqman itu untuk dijadikan contoh kepada umat Islam sepanjang zaman. Namun di luar itu semua, kisah Luqman juga membukakan mata kita, bahwa dalam Islam, pendidikan anak bukan mutlak kewajiban kaum ibu, tetapi juga kaum ayah. 7 C. Kepemimpinan Islam ( Dari Penciptaan manusia Ke Bumi ) Persoalan adanya reaksi terhadap kepemimpinan umat manusia sebagai Khalifah di muka bumi ini, merupakan suatu persoalan yang sudah ada semenjak Allah ingin menjadikan anak Cucu Adam as, sebagai Khalifahnya di muka bumi ini. Ada dua reksi yang dapat kita lihat berdasarkan petunjuk yang dapat kita jumpai dalam ayat ayat Allah SWT. Pertama; bentuk reaksi yang muncul yang di awali oleh para malaikat, Malaikat Sempat Perotes kepada Allah SWT. Karena sangsi akan kemampuan manusia dalam mengemban amanah tersebut. Kedua; Reaksi penolakan yang diperlihatkan oleh iblis, ketika Allah SWT. Memerinyahkannya untuk sujud kepada Adam as. Ada perbedaan mendasar yang melatarbelakangi kedua reaksi tersebut, di antaranya; keraguan Malaikat di latarblekangi oleh keterbatasan pengetahuannya tentang kemampuan atau kualitas-kualitas yang di miliki manusia, “baru,”! kesadaran dan akhirnya menerima sepenuhnya kekhalifahan Adam as. Tanpa adanya keraguan lagi, setelah Adam menjelaskan tentan “Nama-Nama”atas perintah Allah SWT. Kepadanya ( Malaikat ). Kemampuan Adam menjelaskan nama-nama ini menunjukan kualitsa serta ptensi jiwa dan pengetahuan yang di miliki oleh seorang Khalifah yang mewujud secara nyata ke dalam dirinya dalam rangka mengemban tugas di muka bumi ini. 8 Berbeda dengan malaikat, iblis karena kesombongnya, merasa bahwa dirinya lebih memiliki kualitas dan kemampuan untuk mengemban amanah tersebut. Di balik semua itu iblis memiliki kedengkian kepada Adam as, karena Allah meletakan kekhalifahan kepada Adam bukan kepada dirinya ( iblis ), padahal selama itu ia ( iblis ) telah menunjukan ketekunannya bertasbih dan memuji Kepada Allah SWT. Dan akhirnya iblis terus meneguhkan sikap penolakannya, tidak mau bertobat dan bahkan memproklamirkan kebulatan tekadnya untuk menyesatkan manusia. Dari persoalan peristiwa tersebut, dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa Khalifah adalah persoalan dan kewenangan mutlak dari Allah SWT. Sesosok Khalifah adalah sesosok yan di pilih dan di tunjuk oleh Allah, seorang utusan Allah, dengan kualitas dan kemampuan yang dapat di buktikan dania tunjukkan berkaitan dengan nama–nama, sehingga umat manusia dapat menyaksikannya. Petunjuk Allah kepada Nabi Adam as. Sebagai khalifah di bumi ini beserta kualitas-kualitas, yang merupakan syarat mutlak bagi keberadaan seorang Khalifah, sesungguhnya merupakan benang emas sebuah ketetapan bagi kelangsungan dan keharusan keberadaan seorang Khalifah/Imam, setelah terhentinya pengutusan Nabi dan Rosul. Ketetapan disini tak terbaatas pada persaratan kualitas yang harus dimiliki tetapi lebih dari itu, menunjuk kepada jati diri mereka yang memeng di pilih dan di tunjuk untuk itu, hal ini bisa di ibaratkan dua sisi pada satu mata uang. Dalam sejarah umat islam, persoalan Khalifah/imam ini yang melahirkan keyakinan yang berbeda. Dan karena persoalan perbedaan pandangan tersebut yang menyebabkan islam sulit untuk bersatu. 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil diskusi bersama kelompok VIII dapat di tarik beberapa kesimpulan serta pertanyaan sebagai berikut: Menurut Surah Ali Imran Ayat 28 Dan Beberapa Hadist  Seorang Pemimpin itu harus bisa (mengadvokasi massa) sebagai bentuk mempengaruhi massa (sebagai proses untuk menjadi pemimpin)  Sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: - Siddiq - Amanah - Patonah - Tabligh Yang merupakan sikap serta sifat yang di miliki oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga beliau menjadi seorang pemimpin yang bijaksana, sabar, jujur, tegas dalam mengatur sebuah Negara.  Efek dari sebuah kepemimpinan yang merupakan kemampuan seseorang dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin ialah seorang pemimpin akan memperoleh rasa hormat, Pengakuan, Ketaatan, Kesetiaan, kepercayaan, dari kelompok yang dipimpinnya itu. 10 Menurut imam Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam As-sulthaniyyah, diperoleh seseorang yang kokoh iman dan taqwanya, mulia akhlaknya, mampu bersikap adil dan jujur, berilmu dan cerdas, berkompeten, konsekoen memikul tangungjawab, sehat rohani dan jasmani, memiliki keberanian karena tanpa keberanian menegakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.  Pemimpin itu harus bisa mengatur, memenej bawahannya dan bertanggungjawab terhadap kepemimpinannya dan yanag di pimpinnya . 1. Bagaimana misalnya seseorang bekerja di tempat orang kafir, sedangkan di daklam surah Ali Imran ayat 28 di jelaskan seorang mukmin tidak di perbolehkan mengambil orang-orang kafir menjadi seorang wali ( pemimpin ),? Menurut refrensi : Asalkan dia bertanggungjawab akan jabatanya 2. Bagaimana bila orang muikmin (Pr) menikah dengan (Lk) orang kafir, apakah orang (Lk) kafir tersebut bisa dijadikan imam dalam keluarga.? 11 B. SARAN-SARAN Jika anda bercita-cita ingin menjadi seorang pemimpin, maka jadilah seorang pemimpin yang tegas, juju, sabar, serta bertanggungjawab atas apa yang anda pimpin. Seorang pemimpin yang muslim harus, bisa memiliki sikap dan sifat kepemimpinan seperti nabi Muhammad SAW. Yaitu sidiq, amanah, fatonah, tablik tersebut. Seorang pemimpin itu harus bisa seperti; air, yang mampu menghidupi seluruh umat manusia, api, yang mampu memberikan manfaat bagi umat manusia, tanah, yang mampu memberikan pijakan bagi umat manusia, pohon, yang mampu memberikan kesejukan bagi umat manusia, udara, yang mampu memberikan kehidupan bagi umat manusia, dan Matahari, yang mampu memberikan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Seorang pemimpin terutama di Indonesia, meskinya memiliki jiwa NASIONALOS, PANCASILAIS, SOSIAL ( NAPAS ) ( Dedi ) 12 DAFTAR PUSATAKA http://.. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar